Review Buku Non-Fiksi “How To Respect My Self (Seni Menghargai Diri Sendiri)” karya Yoon Hong Gyun

 

Sumber: Dokumen Pribadi

Pertama kali tahu buku ini ketika scroll instagram, tiba-tiba melihat postingan buku ini, yang membuat mata terpaku dan tak mau scroll ke postingan lain. Kesan pertama melihat judul ini, seperti tamparan buat saya yang kurang peduli terhadap diri sendiri. Ditambah caption dari postingannya yang membuat penasaran, akhirnya tertarik untuk membeli.

Pada tanggal 14 November 2021 dibelilah buku ini, dan 2 Desember 2021 selesai menamatkan. Banyak sekali pelajaran yang didapat, serasa ikut konseling langsung dengan psikolog. Dan pesan di buku ini juga mengingatkan kembali pada sejarah Islam, dan hakikat kita sebagai makhluk Allah swt. Walaupun penulis buku ini bukan Islam, tapi banyak pesannya yang sesuai dengan ajaran Islam.

Berikut reviewnya:

Unsur Intrinsik buku non-fiksi How To Respect My Self (Seni Menghargai Diri Sendiri)” karya Yoon Hong Gyun

 

Sampul buku

Desainnya sederhana tapi mampu menyihir orang-orang yang memang butuh akan ilmu ini. Dari judulnya saja sudah sangat mewakilkan.

Untuk warna sampulnya yang hijau tua dan pastel, memang menggambarkan orang yang dalam kondisi emosi rendah.

Ditambah adanya gambar bangku kosong di tengah, seperti menandakan kekosongan yang butuh diisi.

Pokok bab buku

Karena buku ini merupakan buku terjemahan dari penulis Korea Selatan, saya acungkan jempol pada penerbit ‘Transmedia’, karena hasil terjemahannya runtut dan jelas, tidak ada kata yang rancu, seakan penulisnya berbicara langsung.

Judul bab dan sub bab

Terdiri dari 7 bab, masing-masing bab berbeda jumlah sub babnya. Dimana sub bab paling banyak ada di Bab 3 terdiri dari dari 8 sub bab, dan yang paling sedikit di Bab 1 terdiri dari 3 sub bab.

Isi buku

Secara garis besar buku ini mengajarkan kita untuk “mencintai diri sendiri”, karena itu kita harus tahu apa penyebab dan akibat dari emosi diri kita yang mengakibatkan kita abai pada diri sendiri. Diselingi dengan contoh yang menggugah, juga ada solusi jitu yang banyak sekali kesesuaian dengan anjuran Islam.

Ditambah juga ada bagan kegiatan menuliskan hal yang berhubungan dengan harga diri.

Cara menyajikan isi buku

Sangat bagus, dari hal yang mendasar sampai klimaks. Dari penyeban, akibat hingga solusi.

Bahasa yang digunakan

Karena penulisnya merupakan seorang “psikolog”, jadi banyak sekali menggunakan bahasa konseling dan medis.

Sistematika penulisan

Narasi-informatif

Adapun pesan-pesan penulis yang sangat menggugah dan membekas pada diri saya, yang menurut saya sesuai dengan ajaran Islam adalah sebagai berikut:

 

v  Masa lalu jangan disesali, masa depan jangan dicemaskan, dan fokuslah hanya pada masa kini!


Orang yang berfokus pada masa kini adalah orang yang menarik, dan darisitulah harga diri pun meningkat. dalam hadist pun rasulullah SAW bersabda:

"Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi."


Kita memang harus fokus di masa kini, berproses semaksimal mungkin untuk kehidupan dunia maupun akhirat seakan-akan tidak ada hari lagi esok. karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kita hanya bisa berangan dan menerkanya, dan proses hari inilah yang akan menentukan ke depannya.


Begitupun masa lalu, tidak akan bisa kita ulangi lagi. jadi percuma jika kita hanya menyesali masa lalu yang sudah terjadi, justru masa lalu harus kita jadikan pelajaran. seperti dalam QS Al-Hasyr ayat 18Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”.


Dan janganlah kita menyesali yang sudah terjadi, karena yang sudah menjadi takdir kita tidak akan melewati kita, dan yang bukan takdir kita sekalipun berusaha dikejar tidak akan pernah menghampiri. intinya segala sesuatu yang sudah terjadi adalah takdir ilahi, kita hanya perlu berusaha dan berdoa, dan jangan pernah menyesalinya.

v  Meminta maaf kepada diri sendiri!

Di halaman 66, dijelaskan bahwa kita seringkali menyalahkan diri sendiri, kurang bersyukur dengan penampilan fisik, mengeluhkan sifat, pesimis terhadap nasib, malu dengan kenyataan yang dihadapi, dan menyembunyikan mimpi.


Ya kita harus banyak meminta maaf pada diri sendiri, dengan begitu kita akan lebih mensyukuri nikmat Allah Swt, dan akan lebih berpikiran positif lagi.


v  Katakana “tidak apa-apa” kepada diri sendiri!

    "Tidak apa-apa yang penting aku sudah berusaha, Allah pasti tahu yang terbaik untukku!"

    "Tidak apa-apa belum bertumbuh seperti yang lain, karena Allah lihat prosesnya bukan hasilnya!"

    "Tidak apa-apa kalau sudah takdirnya tidak akan kemana!"

    dan masih banyak lagi afirmasi yang lain yang akan membuat kita semakin optimis dan bersyukur.


v  Keputusan ada di tangan diri sendiri!

Kita memang butuh nasihat dan motivasi, tapi tetap keputusan ada di tangan kita, kitalah yang harus berubah karena keinginan kita sendiri, bukan paksaan orang lain. karena Allah pun tidak akan mengubah kaumnya sebelum kaum itu berusaha mengubah dirinya sendiri.


kita yang harus mulai berubah, jangan menunggu orang lain, Allah pun pasti akan membersamai langkah kita.



v  Menuliskan hal-hal yang diinginkan!

Meskipun nanti akan kecewa, yang terpenting adalah kita mempunyai harapan terlebih dulu. Doa jangan putus asa. karena dengan menulis bukan hanya sebagai meditasi, tapi juga menjadi jejak sejarah perjalanan kita, yang bisa kita ambil hikmah.


v  Tertarik kepada diri sendiri! 

    Man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu (barangsiapa mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya). 


        Dengan mengenal diri sendiri, kita akan tahu apa yang paling kita butuhkan dan apa yang harus kita lalukan dalam hidup ini. setelah mengenal diri sendiri, kita akan tahu betapa kuasa Allah dalam menciptakan diri ini, sehingga kita akan lebih mengenal dzat-Nya yang akan membuat kita semakin bersyukur dan bertakwa.



v  Jangan terlalu banyak berpikir, paling penting bergerak dulu, hasilnya bagaimana nanti!

    Karena Allah lebih menghargai proses daripada hasil. sekecil apa pun proses kita, Allah pasti akan membalasnya. Dan sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, Allah pasti akan membalasnya berlipat ganda.


Jadi tunggu apalagi, mari mulai sekarang hargai dan cintai diri sendiri!, dengan begitu kita pun akan lebih dekat dan banyak mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. dan tidak akan peduli dengan stigma negatif yang oranglain lontarkan.

Komentar